GROBOGAN, KOMPAS.TV - Pandemi Covid-19 banyak merubah pola hidup dan aktivitas masyarakat, tak terkecuali dalam proses belajar mengajar. Sekolah juga belum diperkenankan menggelar kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Salah satunya Sekolah Luar Biasa (SLB) di Grobogan, yang sejak bulan April lalu, sejumlah 144 siswanya mengikuti belajar daring.
Metode belajar secara daring ini, tentunya tidak semua siswa bisa menyerapnya dengan mudah. Hal ini juga dirasakan oleh Agus Sampurna, seorang guru honorer di SLB Grobogan. Agus yang juga menyandang tunanetra tersebut ,merasa prihatin dengan siswanya yang merasa kesulitan belajar secara daring.
Karena bagi penyandang tunanetra, proses pembelajaran tak hanya cukup penyampaian secara dialogis dan teroritis, baik guru maupun siswa harus ada interaksi langsung. Oleh sebab itu, Agus Sampurna terpaksa harus menyambangi siswa penyandang tunanetra satu persatu, ada 9 siswa tunanetra yang secara bergantian harus di sambangi Agus.
Orang tua siswa juga mengaku tak mampu mendampingi belajar secara daring, sebab pelajarannya tidak seperti pelajaran siswa para umumnya.
Setiap pertemuan Agus dan siswanya di rumah, Agus mengutamakan belajar menulis kalimat menggunakan huruf braille. Tak hanya belajar membaca dan menulis huruf braille, Agus juga mengajarkan hafalan surat - surat pendek Al Quran kepada siswa.
#SLB #GuruHonorer #Grobogan