JAKARTA, KOMPAS.TV - Pandemi, resesi, dan kisruh geopolitik negara besar akhirnya membuat investor memindahkan aset mereka ke emas.
Harga emas pun terkerek. Ekonom memprediksi harga emas akan kembali landai pasca vaksin corona ditemukan.
Cuan toko perhiasan emas tak sementereng harga emas. Harga emas yang makin naik di tengah pandemi, nyatanya membuat masyarakat pikir-pikir untuk membeli perhiasan emas.
Salah satu toko perhiasan emas di Jakarta Pusat menghitung penjualan emas selama pandemi turun hingga 70 persen.
Harga emas dunia per 21 Juli ada di angka 1.843 per ons troi. Dan kemarin di 28 Juli diperdagangkan di angka 1944 per ons troi.
Dampaknya harga emas antam juga ikut terkerek. Di Januari sebelum pandemi, harga emas ada di angka 771 ribu rupiah per gram.
Mulai naik di 22 Juli menjadi 982 ribu rupiah per gram, dan kemarin akhirnya pecah rekor di atas 1 juta rupiah per gram.
Banyak faktor yang mengerek harga emas. Selain pandemi, masalah geopolitik tiongkok-india, dan panasnya hubungan amerika serikat tiongkok yang tak berujung ikut membuat harga emas naik.
Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal, di program berita utama, memproyeksi reli kenaikan emas akan terjadi hingga semester 2, dan di akhir tahun bisa naik 10 hingga 20 persen.
Namun ketika vaksin ditemukan, maka ekonomi dunia diprediksi akan kembali normal.
Sejarah bercerita, kekhawatiran resesi memang biasanya selalu mengerek harga emas.
Seperti sejarah krisis ekonomi di Amerika Serikat. Krisis 2007, harga emas ada di kisaran 833,75 per ons troi. 2008, 869,75 per ons troi, dan tembus di angka 1.087 per ons troi di 2009.
Kecenderungan kenaikan harga emas membuat masyarakat lebih memilih untuk mencicil emas lewat tabungan digital emas.
Platform belanja digital, seperti Tokopedia, ikut kecipratan untung dari melejitnya kilau harga emas. Dalam setahun peningkatannya melesat hingga 30 kali lipat.