JAKARTA, KOMPAS.TV - Sederet kasus percobaan bunuh diri atau kabur saat menjalani isolasi dilakukan pasien Covid-19.
Tak hanya di dalam negeri, fenomena serupa juga terjadi di seluruh dunia.
Banyak pasien Covid-19 yang menolak diisolasi atau dirawat di rumah sakit.
Stres dan depresi diduga menjadi penyebab utama.
Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, dijadikan sebagai rumah sakit darurat khusus untuk penanganan Covid-19 sejak tanggal 23 Maret lalu.
Dan rumah sakit darurat ini telah menerima pasien lebih dari ribuan pasien.
Ratusan pasien masih dirawat dan menjalani isolasi di RSD Wisma Atlet.
Jika benar pasien Covid-19 dapat memicu depresi, seharusnya di rumah sakit ini berpotensi adanya hal tersebut.
Lalu bagaimana cara rumah sakit darurat ini, membuat kondisi psikologis pasien tetap sehat, dalam masa isolasi?
Ke dalam ruang perawatan dan isolasi rumah sakit darurat Wisma Atlet, Jurnalis KompasTV mencoba mencari jawabannya.
Tim KompasTV pun menemui seorang pasien positif corona yang mau menceritakan pengalamannya, mengusir kebosanan di tengah masa karantina.
"Tiap harinya itu ada pelayanan yang psikologis yang buat kita pasien di sini itu nggak stress atau apa. Terus tenaga medis dan perawatnya baik-baik," kata Raditama, Pasien Positif Covid-19.
Sehat jiwa jadi kunci sehat raga.
Itulah yang selalu ditanamkan di dalam rumah sakit darurat corona yang kini merawat hampir seribu pasien positif Covid-19.
Selain tim medis yang bersiaga, tim psikolog kesehatan juga selalu sedia membantu agar kondisi psikologis pasien tetap sehat.
Setiap pagi dan malam hari sebelum beristirahat, pasien yang dikarantina dan tenaga medis yang bertugas, juga mendapat suntikan semangat lewat kata-kata positif yang disiarkan ke seantero Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran.
Selain kegiatan untuk menumbuhkan endorpin pasien yang berada di dalam tower 7 seperti fun games dan konseling, pihak Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet melakukan kegiatan afirmasi.
Yakni dengan memberikan pesan semangat kepada para pasien.