JAKARTA, KOMPAS.TV - Pandemi corona memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi dunia.
Karena corona, banyak buruh mengalami pemutusan hubungan kerja, karyawan menerima pemotongan gaji, bahkan mereka yang bekerja di sektor informal juga turut terdampak.
Kondisi ini memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi ekonomi. Namun, apa itu resesi
Melansir Forbes, resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Para ahli menyatakan, resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami produk domestik bruto (PDB) negatif, meningkatnya tingkat pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan kontraksi ukuran pendapatan dan manufaktur dalam periode waktu yang panjang.
Selama resesi, ekonomi menghadapi kesulitan, orang-orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit produksi dan penjualan, dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.
Fenomena berikut adalah beberapa pendorong utama resesi:
1. Guncangan ekonomi yang tiba-tiba Pandemi virus corona yang mematikan ekonomi di seluruh dunia, adalah contoh yang lebih baru dari goncangan ekonomi yang tiba-tiba.
2. Utang yang berlebihan Ketika individu atau bisnis mengambil terlalu banyak utang. Terjadinya gagal bayar utang dan kebangkrutan kemudian membalikkan kondisi perekonomian.
3. Gelembung aset Investasi berlebihan di pasar saham atau real estate. Ketika gelembung itu meletus, terjadi penjualan dadakan yang dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.
4. Terlalu banyak inflasi Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik seiring waktu.
5. Terlalu banyak deflasi Deflasi adalah ketika harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi, yang selanjutnya menekan harga.
6. Perubahan teknologi Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa Artificial Inteligence (AI) dan robot dapat menyebabkan resesi. Hal ini dikhawatirkan terjadi bila mereka mampu mengerjakan pekerjaan manusia.